Kedua kalinya untukku menginjakkan kaki di ruangan ini. Beberapa petugas duduk di tempatnya masing-masing. Aku mengambil nomor antrian, dibantu oleh seorang perempuan muda yang duduk di sana. G-0002, itulah antrian yang kudapatkan. Setelah mengucapkan terima kasih, aku duduk di kursi yang disediakan dengan hati bergetar.
Tidak butuh waktu lama hingga namaku dipanggil. Sungguh aku beruntung. Mereke menanyakan apa yang bisa dibantu, kuucapkan sekali lagi maksud dan tujuan kedatanganku. Suaraku bergetar. Aku berdehem sejenak, lalu mengulang frasa yang tak jelas didengar mereka. Petugas yang melayaniku menanyakan beberapa hal ke rekan kerjanya, memastikan bahwa informasi yang ia ucapkan kepadaku sudah benar.
Sepanjang menunggu, aku menunduk. Aku bahkan tidak melakukan kesalahan, tetapi rasanya tetap malu sekali memasuki ruang hijau ini. Aku merasa seperti terdakwa yang akan menerima tudingan jari telunjuk, ketika mulutku bahkan terlalu berat untuk mengucap kebenaran.
Mereka bilang, aku harus menunggu beberapa hari lagi, agar genap enam bulan itu. Aku menghela napas dan mengamini saja. Menahan tangisku di depan mereka saja sudah cukup melelahkan.
Lekas aku berjalan meninggalkan ruangan setelah mengucap terima kasih dan merapikan kursi yang tadi kududuki. Pintu di belakang baru kututup, saat air mataku lekas jatuh dan menetes.
Ya Tuhan, dalam sepintas hidupku saja, aku tidak pernah berpikir akan menginjakkan kaki di ruangan hijau ini.
Aku berjalan ke parkiran yang hanya beberapa langkah dari pintu itu. Menangis di sana, seraya berkirim pesan kepada seorang teman. Sungguh, perpisahan memang tidak pernah mudah. Nyatanya aku tetap menangis setelah sekian bulan.
0 Comments