Kulalui Duka Dengan Jenaka

 



Kulalui Luka Dengan Jenaka

Bukankah telah kulalui duka dengan jenaka? 

Agar tiada yang tahu air mataku di sepanjang malam.

Bukankah telah kulalui petaka dengan tertawa?

Agar tiada yang menudingkan kata jahat padamu.

Bukankah telah kulalui nestapa dengan gurauan?

Agar tiada yang membencimu, juga menghinakanmu.


Bahkan setelah duka yang kau toreh, setelah air mataku kau kuras habis, juga nestapaku yang tiada pernah kau akhiri, aku masih mengharapkan kebaikan untukmu.

Aku masih mendoakan segala kemudahan untukmu.

Sederhananya, kau pernah menjadi peluk yang kupilih. Kau pernah menjadi rumah yang kuyakini. Kau pernah menjadi sebab aku mengenal agamaku sendiri. 

Meski, belum berbuah kebun jagung itu, kau hancurkan semua yang kuyakini baik pada mulanya.

Hari ini, kita berjalan masing-masing, ya?

Kalaupun nanti bertemu, semoga dalam keadaan yang lebih baik, ya.

Sekarang, aku sudah tidak sanggup lagi. 

Aku sudah berhenti berjuang dan meyakini.

Post a Comment

0 Comments