Apakah Aku Telah Lupa?



Apakah aku telah lupa?

Kau mengirimiku sebuah foto usang.

Bukan berisikan kamu, atau aku, atau kita.

Hanya sebungkus nasi uduk dan sangobion yang terselip di karetnya.

“Apakah kau ingat pernah kubawakan ini?” tanyamu.

Aku tersenyum, merasakan sesuatu di dada kirimu berkeretak hingga menambah ngilu.

“Semua kebaikanmu masih kuingat. Namun rasanya, kita sudah tidak bisa lagi bersama,” kataku, yang kemudian hanya kau bubuhkan emoticon jempol di sana.

Benarkah kau mempertanyakan itu?

Kau berusaha mati-matian membawa kenangan-kenangan baik tentangmu.

Apakah aku telah lupa?

Tidak, Sayang. Semua kebaikanmu masih kuingat.

Namun kali ini, aku menginginkan kebaikan untuk diriku sendiri. 

Sayangnya aku tidak tergugah lagi, untuk sekadar bertahan dan memperbaiki.

Aku telah menyiapkan diri mengucap selamat tinggal.

Maka tolong, jangan tahan aku lagi.

Kau terlalu terlambat, untuk sekadar menahan, aku memintaku tinggal lebih lama.

Post a Comment

0 Comments